Saat mendengar nama kota Demak hal pertama yang muncul di benak kita adalah keberadaan para Sunan Kalijaga, Kesultanan dan Penyebaran agama Islam di tanah air.
Perjalanan dari Semarang menuju Demak dengan mobil pribadi kira-kira menghabiskan waktu 45 menit hingga 1 jam. Sepanjang pejalanan kita akan menikmati pemandangan pohon-pohin yang ditanam dengan rapi di pingggir jalan serta sedikit ladang pertanian.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz-kvfM2JScSqQ6HOcWAfijmbBQcNIsKTU-ZXtG-58XtKeHAGCd3kz4fYz_U1vAIm1Aj0M6wrBC_ccsH419lhhneEOCYrzlxh-SlvCw61HVlFkTtsFwPLO0W1gOqKGF23OSGWg_bXgu28/s200-rw/20180330_111408.jpg)
Nah sambil menikmati perjanan, yok kita lihat sejarah kota Demak.
Demak di kenal sebagai kota-nya para tokoh penyebar agama Islam di pulau Jawa, Wali Songo.
Sunan Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah salah seorang dari tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Makamnya berada di Kadilangu, Demak.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3jyIe07Ysd2TDIr0o0hWYfG8sX1DhaBEIEhf6Y5LHVFsX_r8BtToGpnN0r7wlJngO_dzueUvLFm0VpHFMKaVz3xdCm_2NqFmT9GmPHLCMpPFgMGZcanF1YINevRwhGzyHWWrJV1ADeYw/s200-rw/20180330_111557.jpg)
Jimbun atau Panembahan Jimbun, yang lahir di Palembang 1455, dan wafat di Demak pada tahun 1518 adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
Menurut kronik Tiongkok dari kuil Sam Poo Kong Semarang, dia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa
nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSLrh8FoECcgy7oAQH9PvgH9rsJVlOZj0Jyc7ABgsF14glDN-pdMMic3tozKEjVaKdr6JZFZI6qtEDQiQ0auJeuzQClH6XkL0au8w1ObOZvvzsfyLOXwkQvnTTKIkYlIudOOBhrVlNXfM/s200-rw/20180330_111039.jpg)
Jin Bun artinya orang kuat. Nama tersebut identik dengan nama Arabnya "Fatah (Patah)" yang berarti kemenangan. Pada masa pemerintahannya Masjid Demak didirikan, dan kemudian ia dimakamkan di sana. Mengikuti pakar Belanda Pigeaud dan De Graaf, sejarahwan Australia M. C. Ricklefts menulis bahwa pendiri Demak adalah seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po (Pate Rodin senior). Ricklefs memperkirakan bahwa anaknya adalah orang yang oleh Tome Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim (Adipati/Patih Rodim)", mungkin maksudnya "Badruddin" atau "Kamaruddin" (meninggal sekitar tahun 1504). Putera atau adik Rodim dikenal dengan nama Trenggana (bertahta 1505-1518 dan 1521-1546), pembangun keunggulan Demak atas Jawa.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSLrh8FoECcgy7oAQH9PvgH9rsJVlOZj0Jyc7ABgsF14glDN-pdMMic3tozKEjVaKdr6JZFZI6qtEDQiQ0auJeuzQClH6XkL0au8w1ObOZvvzsfyLOXwkQvnTTKIkYlIudOOBhrVlNXfM/s200-rw/20180330_111039.jpg)
Jin Bun artinya orang kuat. Nama tersebut identik dengan nama Arabnya "Fatah (Patah)" yang berarti kemenangan. Pada masa pemerintahannya Masjid Demak didirikan, dan kemudian ia dimakamkan di sana. Mengikuti pakar Belanda Pigeaud dan De Graaf, sejarahwan Australia M. C. Ricklefts menulis bahwa pendiri Demak adalah seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po (Pate Rodin senior). Ricklefs memperkirakan bahwa anaknya adalah orang yang oleh Tome Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim (Adipati/Patih Rodim)", mungkin maksudnya "Badruddin" atau "Kamaruddin" (meninggal sekitar tahun 1504). Putera atau adik Rodim dikenal dengan nama Trenggana (bertahta 1505-1518 dan 1521-1546), pembangun keunggulan Demak atas Jawa.
Kenyataan tokoh Raden Patah berbenturan dengan tokoh Trenggana, raja Demak ketiga, yang memerintah tahun 1521-1546.
Babad Tanah Jawi menyebutkan, Raden Patah menolak menggantikanArya Damar menjadi Adipati Palembang. Ia kabur ke pulau Jawa ditemani Raden Kusen. Sesampainya di Jawa, keduanya berguru pada Sunan Ampel di Surabaya. Raden Kusen kemudian mengabdi ke Majapahit, sedangkan Raden Patah pindah ke Jawa Tengah membuka hutan Glagahwangi menjadi sebuah pesantren.
Makin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Brawijaya (alias Bhre Kertabhumi) di Majapahit khawatir kalau Raden Patah berniat memberontak. Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.
Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke Majapahit. Brawijaya (diidentifikasi sebagai Brawijaya V) merasa terkesan dan akhirnya mau mengakui Raden Patah sebagai putranya. Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak, dengan ibu kota bernama Bintara.
Masjid Agung Demak
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQmVVnO8ljJDFKdDBhk77IwAEses39b7b4m_hxxBx6hKAgRxO1jZ8xBs-Kwt298OW2tc9AmWYplpVntuNekdB7967auGSJ0W6tyWsy_wOm8pHmSbPsFAsJT6zfpThWkYKX_ALfxRHfWZo/s200-rw/20180330_115211.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf7dnM7-aLMGJnFyuM-GuRogTKOqiN4655tyy0BQJQxn9O5fNypqJE9wtk5mTJQnXbtte0sj6A2NPOon9eKF8pcMzcTtmc43HmcONP5RoqVATxtj-t6f9JYdkit0sWMO9Eq-bx4N4Cc7M/s200-rw/20180330_115238.jpg)
Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHOChsqa08h6k3rpMOxWnvbekSXsntoxkcD3-8uPLcvn7yNkr0gDSxdLMfMpvkWtTq9PH69FQdziSmSo1Cf1UDUdjyagcvjTWQabBMAPje2bMzb1cCG_A20-aBhEWB-jJDSTpQxhbQYSw/s200-rw/20180330_121003.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnuqcPO0eohVwhNe5it0noNGlG-CZvb4fBBdp4k7XJ73det9R50ql6JRHeV1RTrMgr_VbMxaYjP0830xSv6hfYiAzbbQnE5CLIPW45hg_w7wfVa6w4pevuGZPbaBH1r_Is5Z-8Syt80QM/s200-rw/20180330_124732.jpg)
Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, mengandung candra sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Sultan Fattah yang merupakan raja pertama kasultanan demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.
Kudus
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Na_EMOYJ_zqR55UbKYEUuT_Tc-tMZNCzopWxoL4lVqb9RjKB7unvjtuOhv59ycxNzQdl6UdGq-OYBQvbCSk0gAgo0yzMtN3VfGOD4Ek4pdGUcbKVZ0cgGH7E7YOPdqNWknJyeqbnZ0s/s200-rw/20180330_143615.jpg)
Sekarang kita lanjut jalan-jalan di Jawa Tengah ke Kudus, yang dapat ditempuh sekitar setengah jam hingga 1 jam dari Demak. Seperti hal perjalanan dari Semarang menuju Demak, maka nuansa perjalana dari Demak ke Kudus juga hampir sama. Jalan yang dihiasi pohon-pohonan, dan ada banyak bangunan masjid yang terlihat dari jalanan.
Objek wisata yang kita kunjungi di sini adalah Masjid Menara Kudus.
Masjid Menara Kudus yang disebut juga dengan Masjid Al Manar dengan nama resmi: Masjid Al Aqsa Manarat Qudus adalah masjid kuno yang dibangun oleh Sunan Kudus sejak tahun 1549 Masehi (956 Hijriah). Lokasi saat ini berada di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah. Ada keunikan dari masjid ini karena memiliki menara yang serupa bangunan candi serta pola arsitektur yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddha sehingga menunjukkan terjadinya proses alkulturasi dalam pengislaman Jawa.
Sehari-hari, peziarah berkunjung ke masjid ini untuk beribadah sekaligus ziarah ke makam Sunan Kudus yang terletak di sisi barat kompleks masjid. Selain itu, masjid ini menjadi pusat keramaian pada Festival Dhandhangan yang diadakan warga Kudus untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus sebagai penggagas dan pendiri. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus menggunakan pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan melakukan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dalam pengaruh agama Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan Budha dalam dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kudus terlihat jelas pada arsitektur dan konsep bangunan Masjid Menara Kudus.
Kudus
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Na_EMOYJ_zqR55UbKYEUuT_Tc-tMZNCzopWxoL4lVqb9RjKB7unvjtuOhv59ycxNzQdl6UdGq-OYBQvbCSk0gAgo0yzMtN3VfGOD4Ek4pdGUcbKVZ0cgGH7E7YOPdqNWknJyeqbnZ0s/s200-rw/20180330_143615.jpg)
Sekarang kita lanjut jalan-jalan di Jawa Tengah ke Kudus, yang dapat ditempuh sekitar setengah jam hingga 1 jam dari Demak. Seperti hal perjalanan dari Semarang menuju Demak, maka nuansa perjalana dari Demak ke Kudus juga hampir sama. Jalan yang dihiasi pohon-pohonan, dan ada banyak bangunan masjid yang terlihat dari jalanan.
Objek wisata yang kita kunjungi di sini adalah Masjid Menara Kudus.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSsu1BfGpTNfcOZM5XV5jr7KDBHIzhbxlvr-Ssj0bzy2aBsHMxBfP9M_ij5Y8Ck88mj6d3NU2mtXDvdwLJf2EYsciyGBPOQEuaGlc2fSfpAI-ABIYNm3rRjAFs9148XDwc2QgekPpiYak/s200-rw/20180330_144655.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAeVhauDmly5xlYnhzUMcWNFfpgzIJviqpBsrMZ6hGHHBgS28m7URPc02RtLJhWB3Z3MoUGFpjf1vwXGZd6g7yyEOhy9_q9m7H0Uocz739JO-M2Q48vmhGhqme-Par1k8Vr_kuzw5owMI/s200-rw/20180330_140821.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_9y6HhiXuHBDYiFM69MMj-DL9ekEUgFin-2ta_OUAC4JEWU1-YBy4yPB4E1OiozlmECPX3xnBy5Vt6X48FX8gwMxoOfRL-yAnikxluaqChdt_SRo3DOCp1b-lrxbU6IShOXHABmxZp24/s200-rw/20180330_141728.jpg)
Menara Kudus memiliki ketinggian 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan, dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pula antefiks(hiasan yang menyerupai bukit kecil).
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjubgww4_UW05zkg2GuJAB7VTZB9l5gMHjrtDnL-xcyhuQTfzvoIr-ESVSxpmB-oq-jf-g9YctVeUiAIOB7wRCMRXS-yJnFjg1ERb3RMi_GBRgALCqQOJWSQMU0hd32q1FGqpM98NmTBeA/s200-rw/20180330_144913.jpg)
Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.