Monday, 25 January 2016

Patung Raja Sejong, Gwangwamun, Seoul

Patung Raja Sejong, Gwangwamun, Seoul


Pelataran Gwanghwamun adalah sebuah area yang dibangun dengan mengurangi 16 jalur lalu lintas utama menjadi 10 ruas jalur utama yang berada di tengah-tengah Patung Sejong-ro, yang menghubungkan Jongno-gu Gwanghwamun ke persimpangan Sejong-ro dan Cheongye square, dengan memiliki lebar 34 meter dan panjang 557 meter. Pada awalnya daerah ini adalah jalanan yang sangat sibuk dengan hiruk pikuk kenderaan yang kemudian diubah menjadi tempat yang asri sekaligus penuh dengan informasi sejarah dan budaya.
Pelataran Gwanghwamun  dibangun mulai tanggal 27 Mei 2008, dan dibuka untuk umum pada tanggal 1 Agustus 2009. Wisatawan yang datang juga dapat menikmati patung Laksamana Yu Sun-shin, Istana Gyeongbokgung, Gunung Bungkasan, Pusat Pertunjukan Seni Sejong atau mampir ke gedung Kyobo (toko buku terbesar di Korsel).
Selain berfoto dengan latar belakang patung, kita dapat meminjam baju tradisional Korea, hanbok yang disediakan di stand yang terdapat di pelataran Gwangwamun. 

Raja Sejong atau disebut dengan Raja Sejong Yang Agung (Sejong Dae Wang) (7 Mei 1397 – 18 Mei 1450, berkuasa 1418 - 1450) adalah seorang raja yang ke-4 dari Dinasti Joseon yang memerintah Korea. Raja Sejong sangat terkenal karena jasanya dalam menciptakan abjad Korea, Hangeul yang menggantikan penggunaan cara penulisan dengan Hanja. Raja Sejong adalah penguasa Korea kedua yang mendapatkan gelar Raja Yang Agung atau Raja Besar setelah Raja Gwanggaeto dari Kerajaan Goguryeo.


Sejong adalah putra ke-3 dari Raja Taejong. Saat berusia 12 tahun, ia bergelar Pangeran Besar Chungnyeong' dan menikahi seorang putri pejabat Shim On dari Cheongsong, yang bernama Permaisuri Shim, yang kemudian dikenal dengan Ratu Soheon.
Sebagai pangeran muda, Sejong dikenal sangat cerdas dalam berbagai bidang pelajaran sehingga lebih disayangi ayahandanya daripada kedua kakak lelakinya.
Peristiwa pengangkatan Sejong menjadi raja sangat berbeda dengan raja-raja Joseon lainnya. Pangeran tertua yang merupakan kakak Sejong,Yangnyeong, menganggap dirinya tidak berbakat menjadi seorang raja, begitu pula dengan Pangeran Hyoryeong, ia menganggap tugasnyalah untuk menjadikan adiknya seorang raja. Jadi mereka berdua bersikap buruk di istana agar Raja tidak memilih mereka menjadi calon raja. Pangeran Yangnyeong keluar dari istana menjadi seorang pengelana dan tinggal di gunung. Sementara pangeran kedua memutuskan untuk menjadi seorang biksu di kuil di luar istana.
Pada bulan Agustus 1418, Raja Taejong turun tahta dan Sejong menggantikannya sebagai raja yang baru. Namun begitu, Taejong masih memiliki kekuasaan dalam istana, terutama dalam bidang militer sampai wafatnya ia tahun 1422.

Raja Sejong adalah seorang ahli militer yang brilian. Pada bulan Mei 1419, dibawah bantuan Taejong, Sejong melakukan Ekspedisi Timur Gihaeke Tsushima untuk membasmi para perompak Jepang yang telah meresahkan rakyat pesisir Joseon. Dalam invasi itu, 700 perompak berhasil dibunuh, sementara 110 ditangkap dan 180 tentara Joseon tewas. Sebanyak 140 orang Cina yang diculik berhasil dilepaskan. Pada bulan September 1419 Daimyo Tsushima, Sadamori, menyatakan takluk kepada Joseon.
Perjanjian Gyehae disahkan tahun 1443, dimana Daimyo Tsushima mengakui kedaulatan Raja Joseon; serta, pihak Joseon memberikan kemudahan dalam urusan perdagangan antara Korea dan Jepang kepada klan Sō.
Di perbatasan utara, Sejong mendirikan 4 buah benteng dan 6 buah pos untuk melindungi Joseon daripada serangan suku barbar di Cina dan Manchuria. Sejong mengembangkan berbagai hasil karya dan teknologi militer seperti pengembangan meriam, senjata, panah dan roket yang menggunakan bahan bubuk mesiu.
Pada tahun 1433, Sejong mengirimkan Jenderal Kim Jong-seo, dalam invasi terhadap suku Jurchen. Invasi ini berhasil merebut beberapa benteng dan memperluas wilayah teritori, sekitar perbatasan Korea dan Cina pada saat ini.

Sejong sangat terkenal akan kepandaiannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masa pemerintahannya, namun menurut sejarawan Yung Sik Kim, masih sedikit sekali karya Raja Sejong yang baru dikenal dan harus dikaji lebih banyak lagi.
Raja Sejong membantu para petani membuat buku mengenai pertanian yang disebut Nongsa Jikseol yang berisi pengajaran berbagai cara atau teknik bertani untuk berbagai daerah-daerah di negerinya. Teknik-teknik ini diperlukan guna meningkatkan hasil pertanian rakyat.
 Dalam masa pemerintahannya, Jang Yeong-sil menjadi terkenal sebagai seorang ilmuwan besar. Jang dikenal sebagai anak muda yang jenius walau memiliki status sosial rendah. Taejong, ayah Sejong, mengetahui Jang sangat berbakat dan memanggilnya ke istana. Raja Sejong berencana memberikan Jang sebuah posisi di pemerintahan dan mendanai penelitiannya namun ditolak kalangan pejabat istana yang meragukan seseorang dari kelas bawah. Atas dukungan Raja Sejong Jang Yeong ong saat ia meneliti kronik-kronik Raja Sejong. Ia menemukan catatan mengenai penemuan alat pengukur hujan, maka Raja Yeongjo memerintahkan untuk membuat reproduksinya. Karena tahun penemuan kembali alat ini adalah naiknya Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing di Cina (berkuasa 1735–1796), banyak yang mengetahui bahwa alat pengukur hujan pertama berasal dari Cina.
Sejong merombak sistem kalender Korea yang saat itu 
didasarkan pada garis lintang ibukota Cina. Untuk pertama kalinya, ia membuat kalender yang didasarkan pada posisi utama garis lintang ibukota Joseon, Seoul, dengan bantuan para astronomisnya. Sistem baru ini membuat para astronomis dapat melakukan prediksi yang sangat tepat akan datangnya peristiwa gerhana matahari dan bulan.
Sejong juga berjasa dalam bidang pengobatan tradisional Korea, dengan 2 karya penting yang ditulis pada masanya, yakni Hyangyak chipsŏngbang dan Ŭibang yuch'wi, yang membedakan cara pengobatan Cina dengan Korea."

Klo pingin tau lebih banyak cerita tentang Korea bisa juga diliat di blog saya lainnya : akudankorea.blogspot.com




No comments:

Post a Comment